Ego diartikan dalam kamus sebagai persona, bisa juga kesadaran akan diri sendiri, ada juga yang mengartikan sebagai persepsi akal pikiran terhadap siapa kita, atau lebih menarik lagi disebut adalah sebagai jembatan persepsi antara diri seseorang dengan realita dunia.
Pada saat pandemi dan kesulitan seperti ini kita sebetulnya melihat karakter masing-masing dari kita. Kita melihat dimana ego menempatkan kita pada realita yang kita hadapi sekarang, apakah muncul empati dan rasa berkontribusi atau justru sebaliknya.
Mana yang sibuk dengan urusan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, mana yang sibuk berpartisipasi urusan orang banyak dan mana yang sibuk dengan urusan pribadi dan ego nya.
Lihat para politisi, disaat pandemi ada yang meminta menjadi komisaris dan pembina, bukannya meringankan urusan justru menambah ribet situasi. Lihat juga pada yang bermental lemah, ada pandemi tidak tahan ada duit mengalir, padahal sepeser pun sudah ada alokasi bantuan yang terkunci.
Sebetulnya disini kita dapat melihat, klaim-klaim simpati diuji dengan kondisi yang amal yang riil. Hari ini menjadi saksi siapa sebetulnya kita, apakah kita termasuk orang yang melakukan perbaikan atau kita termasuk perusak yang suka berbuat onar dan fasad.
Toh pada akhirnya kita semua juga akan mati. Semoga kita yang sehat dijaga dari marabahaya, semoga kita yang sakit diberi kesembuhan, semoga diakhir zaman usia kita ini kita diberikan akhir yang baik, husnul khatimah.