Proses adalah hal yang amat penting dalam pencarian ilmu. Sosok pembelajar jarang berhenti sebelum apa yang dia cari didapati. Pantang baginya berleha-leha jika belum sampai ke tujuan. Menuntut ilmu tidak kenal masa pensiun. Sepanjang hayat adalah waktu untuk mencari ilmu. Salah seorang tabiin Sa’id bin Jubair rahimahullah, berkata:
(لاَ يَزَالُ الرُّجُلُ عَالماً مَا طَلَبَ العِلْمَ ، فَإِذَا ظَنَّ أَنَّهُ قَدْ عَلِمَ فَقَدْ جَهِلَ)
Artinya: “Seseorang masih dikatakan alim selama ia menuntut ilmu, dan jika ia merasa telah berilmu maka ia adalah bodoh.” (Tadzkirat As-Sami’ wa Al-Mutakallim)
Kesungguhan akan mendatangkan kegigihan. Kegigihan akan menghasilkan ketangguhan. Sungguh, gigih, tangguh jadi motto bagi mereka yang menghendaki kejayaan peradaban yang berbasis ilmu. Sungguh mulia para penebar ilmu. Betapa banyak yang diperbuat dengan ilmu. Tapi sebaliknya dibalik geliat ilmu ada juga yang hanya bisa menilai dengan paradigma sempit yang bersumber jangkauan ilmu yang yang terbatas. Bak katak dalam tempurung, senang menilai orang lain dengan kacamata pribadi. Sejarah mengabadikan betapa besarnya buih yang menghadang Rasulullah Saw dan para sahabat. Pertentangan, pemboikotan bahkan pembunuhan, tapi semuanya dihadapi generasi yang unik ini dengan keteguhan hati demi menebarkan kebenaran sejati. Bahkan Rasulullah Saw mendoakan mereka dengan kebaikan ilmu.
اللهم اهد قومي فإنهم لا يعلمون
Artinya: “Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku karena mereka tidak mengetahui”. (HR. Baihaqi)
Secara makna hadits ini benar, meskipun ada pandangan ulama hadits ini lemah, sirah Rasulullah Saw juga menggambarkan bagaimana harapan beliau kepada penentangnya agar dapat hidayah. Hidayah harus dijemput dengan ilmu, karena ketidak tahuan akan senantiasa menentang kebenaran.
Semoga kita selalu terjaga dari sifat menentang kebenaran. Dan senantiasa Istiqomah dijalan ini…