Menjaga Amanah Sebagai Bukti Keimanan

Avatar photo

Abdullah A Afifi

⛊Bey Abdullah | Tan Jabok Syekh Jabok | ⚽ Bio Aktifitas: https://arifabdullah.id | Telegram: https://t.me/beyabdullah

Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam, langit, bumi dan diantara keduanya. Shalawat serta salam kepada pemegang amanah kerasulan, penutup para nabi, Muhammad Al-Amin (yang amanah), serta sahabat dan yang meneladaninya hingga hari kiamat.

Iman adalah sesuatu yang tidak bisa dinilai secara kasat mata. Ia bukan sekadar pengakuan lisan atau keyakinan di dalam hati, tetapi tercermin dalam perilaku sehari-hari. Salah satu indikator kuat dari iman seseorang adalah kemampuannya untuk menjaga amanah. Orang yang benar-benar beriman akan selalu dapat dipercaya dan juga mempercayai bahwa Allah Maha Adil, sehingga Dia akan serta akan meminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan manusia.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikulnya dan merasa takut akan amanat itu, lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72)

Ayat ini menunjukkan bahwa amanah adalah tanggung jawab besar yang bahkan makhluk-makhluk besar seperti langit, bumi, dan gunung pun enggan memikulnya. Namun, manusia dengan segala kesombongan dan keterbatasannya meminta amanah tersebut. Hal ini lah yang dikatakan dalam ayat tersebut, meminta-minta amanah atau jabatan sungguh tidak dianjurkan bagi Muslim, karena manusia itu pada dasarnya zalim dan sangat jahil.

Sedangkan untuk Muslim yang diamanahkan jabatan bukan karena nafsunya, Rasulullah SAW menyebutkan yang artinya: “Wahai Abdul Rahman bin Samurah, janganlah engkau meminta-minta akan jabatan. Jika engkau meminta permasalahan (jabatan) maka engkau akan menanggung beban itu sendiri. Tetapi jika engkau diberi permasalahan (jabatan) tanpa meminta, maka engkau akan dibantu padanya (oleh Allah SWT). (HR Abu Daud)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menegaskan kepada kita: “Tidak beriman seseorang yang tidak dapat dipercaya, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.” (HR. Ahmad dan Baihaqi).

Hadits ini menegaskan bahwa keimanan seseorang berkaitan erat dengan kemampuannya dalam menjaga amanah. Kepercayaan dan integritas adalah bagian dari iman. Jika seseorang sering mengingkari amanah dan tidak dapat dipercaya, maka hal tersebut menunjukkan adanya kekurangan dalam keimanannya. Akan tetapi hal untuk menilai keimanan seseorang bukanlah semudah itu dalam kacamata manusia, dan amanah adalah salah satu yang Rasululullah SAW sebutkan.

Menjaga amanah bukan hanya dalam hal materi atau titipan orang lain, tetapi juga dalam tanggung jawab sosial, pekerjaan, ilmu, dan kepemimpinan. Seorang pemimpin memiliki amanah untuk mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya. Seorang guru memiliki amanah untuk mendidik murid-muridnya dengan penuh keikhlasan. Seorang pedagang memiliki amanah untuk tidak berbuat curang dalam jual beli. Semua ini adalah bagian dari tanggung jawab yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Sebaliknya, lawan dari amanah adalah khianat. Mengkhianati amanah adalah tindakan yang sangat tercela dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari)

Hadits ini mengingatkan bahwa ketika sebuah masyarakat mulai mengabaikan amanah dan tidak lagi menempatkan orang-orang yang amanah pada posisi yang tepat, maka kehancuran akan segera terjadi. Ini berlaku dalam semua aspek kehidupan, baik dalam dunia politik, ekonomi, pendidikan, maupun kehidupan sosial.

Selain dalam hubungan dengan sesama manusia, menjaga amanah juga berarti menjaga hubungan dengan Allah. Ibadah adalah amanah yang telah Allah berikan kepada kita. Menjaga shalat, puasa, zakat, dan segala bentuk ketaatan kepada Allah adalah bagian dari amanah yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya.

Orang yang beriman sejati tidak hanya menilai amanah dengan hal-hal yang bersifat duniawi, tetapi juga memahami bahwa seluruh amanahnya adalah sebuah ujian dari Allah. Kesehatan, waktu, harta, keluarga, dan bahkan ilmu yang dimiliki semuanya adalah amanah yang harus digunakan dengan penuh tanggung jawab.

Menjaga amanah juga mencerminkan kepercayaan kita kepada Allah sebagai Hakim yang Maha Adil. Kita harus yakin bahwa sekecil apa pun amanah yang kita jaga atau kita khianati, semuanya akan diperhitungkan oleh Allah di hari kiamat. Tidak ada perbuatan baik atau buruk yang akan terlewat tanpa balasan yang setimpal. Untuk orang-orang beriman manisnya menjaga amanah adalah sama seperti mencicipi manisnya Iman, berharap ganjaran pahala yang Allah janjikan.

Maka jika kita ingin menjadi Muslim yang kuat dalam iman, maka menjaga amanah harus menjadi prioritas utama dalam kehidupan kita. Seseorang yang selalu menjaga amanah akan dihormati di dunia dan mendapatkan ganjaran besar di akhirat. Sebaliknya, mereka yang suka mengkhianati amanah akan kehilangan kepercayaan dari manusia dan akan menghadapi konsekuensi berat di hadapan Allah SWT.

Menjaga amanah adalah bukti nyata dari keimanan yang teguh. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dapat dipercaya, senantiasa menjaga amanah dalam segala aspek kehidupan, dan selalu bertanggung jawab atas apa yang telah Allah titipkan kepada kita. Aamiin.