Historical Milestone

1854
Surau Gadang Dt Jabok

Syekh Abdullah Dt Jabok bin Tuanku Nan Banyak Dt Perpatih seorang Qadi pasukan Bonjol membuka surau di Baruah Puncak Bakuang (24 tahun), dalam rangka mendidik pemuda-pemuda dalam garis depan front Tuanku Nan Biru Dt Bandaro nan Hitam (salah satu wakil pemerintahan Bonjol) di VII Koto Talago, dimana surau pasukan Bonjol yang terdekat menuju mudik berikutnya adalah surau Pandam Gadang Syaikh Ibrahim Dt Tan Malaka.

Kitab yang digunakan adalah Tafsir Djalalain, Minhadj Imam Nawawi.

Syekh Abdullah Dt Jabok
Surau Gadang

1903
Meninggalnya Syekh Abdullah

Dengan meninggalnya Syekh Abdullah, maka pengajaran Surau Gadang dilanjutkan ke Syaikh Muhammad Shalih Abdullah. Syaikh Muhammad Shalih yang dikenal dengan nama Syekh Madinah pada umumnya mengajar dan bersurau di daerah Pariaman.

1910
Dari Halaqah Menuju Kelas
1912
Meninggalnya Syekh Muhammad Shalih

Meninggalnya Syekh Abdullah pada tahun 1903, dan kembalinya Syekh Abbas Abdullah dari 9 tahun perantauan belajarnya di Mekkah dengan Syaikh Khatib Al-Minangkabawi dan asatidz lainnya.

Kembalinya Syaikh Abbas Abdullah pada usia yang masih cukup muda dan Syaikh Mustafa Abdullah yang pergi haji dan bertemu dengan Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang memperkenalkan pembaruan gerakan Islam yang terjadi di Semenanjung Arab.

Porsi Syekh Abbas pada masa ini adalah memperkenalkan metode halaqah, dan beliau belum lagi bertanggung jawab penuh, karena Surau Gadang masih dibawah tanggung jawab kedua abangnya,

Pada tahun 1912 Syekh Muhammad Shalih meninggal dan tanggung jawab Surau gadang diteruskan oleh Syekh Abbas dan Syekh Mustafa. Kelak Syekh Mustafa sendiri mengasuh surau di Air Tabit dan Situjuh Bandar Dalam tempat istrinya, sedangkan Sykeh Abbas Abdullah tetap di Padang Japang, dan mengampu surau-surau kecil lainnya di Payakumbuh.

Dengan dimulainya metode kelas, Surau Gadang pun diperluas diatas tanah wakaf untuk mendirikan kelas belajar.

1920
Sumatera Thawalib Padang Japang

Pengorganisasian gerakan dakwah dimulai sekitar pada tahun 1920 dengan nama Sumatera Thawalib dengan tokoh-tokohnya pelopor Syekh Abbas Abdullah, Syekh Mustafa Abdullah, HAKA (ayah Buya HAMKA), Syekh Muhammad Jamil Jambek, Syekh Ibrahim Musa Parabek, dsb.

Usia Syekh Abbas yang masih muda menjelang 40 tahun, nama besar Surau Gadang dan ide pembaharuan gerakan dakwah menjadikan dua kakak beradik ini masuk dalam liga ulama-ulama pembaharu.

Dengan masuknya Syekh Abbas Abdullah dan Syekh Mustafa ke dalam Persatuan Sumatera Thawalib, menjadikan surau-surau dibawah asuhannya juga menggunakan nama Pergruuan Sumatera Thawalib. Yang paling masyhur adalah Padang Japang dibawah asuhan Syekh Abbas Abdullah.

Pengorganisasian Gerakan Dakwah ⇢
Sumatera Thawalib ⇢
H Abdul Karim Amrullah ⇢
Syekh Muhammad Jamil Jambek ⇢
Syekh Ibrahim Musa Parabek ⇢

1920an
Kelas Wanita

Dirintis kelas untuk siswa perempuan pada awal tahun 1920an, dimana kemenakan dan anak perempuan di Padang Japang menjadi siswa-siswa pertama pada upaya pencerahan pendidikan kaum wanita pada masa tersebut.

Pada masa tersebut murid dari Syekh Abbas Abdullah, yakni Zainuddin Labay El-Yunusiah juga memulai pendidikan Diniyah dan membuka kelas perempuan Diniyah Putri yang diasuh oleh adiknya Rahmah El-Yunusiah di Padang Panjang.

Pada perjalanannnya kelas wanita di Darulfunun membentuk organisasi yang bernama Nahdatun Nisaiyah pada tahun 1927 yang kemudian juga diadakan asrama putri untuk siswi-siswa yang jauh yang diurus oleh Ummi Rohana, salah satu istri Syekh Abbas Abdullah.

Di tahun 1930an saat aktifitas politik tereskalasi, para murid-murid juga murid perempuan juga terikut-ikut dipengaruhi oleh siswa yang lainnya. Sehingga karena beberapa hal yang dirasa tidak sesuai dan tidak fokus kepada pembelajaran, siswa-siswa putri dan guru-guru dipanggil oleh Syekh Abbas untuk tidak lagi menggunakan nama Nahdatun Nisaiyah untuk kegiatan belajar mengajar.

Dengan teguran keras ini, kegiatan aktivitas Nahdah dikonsentrasikan untuk kegiatan alumni bukan pembelajaran. Eksistensi nahdah masih dikenang dengan masih disebutnya salah satu gedung di Darulfunun dengan sebutan gedung nahdah, walaupun pada tahun 1970, Buya H Fauzi dan Buya H Muis telah mengalih fungsikan gedung tersebut menjadi gedung sekolah tinggi (STIS)

Zainuddin Labay El-Yunusiah ⇢
Rahmah El-Yunusiah ⇢

1928
Integrasi Ilmu Umum (Sains) dan Ilmu Agama (Ushulluddin)

Perintisan pengembangan konsep Sains dan Islam oleh Syekh Abbas Abdullah dimulai pada tahun 1928, diperkenalkanlah ilmu matiq (matematika), geografi, sejarah, tata negara, biologi dan bahasa asing selain bahasa arab.

Berkat rintisan ini beliau diberikan monumen penghargaan oleh pemerintah atas jasanya mempersatukan timur dan barat dalam dunia pendidikan.

1931
Darul Funun

Dikarenakan satu dan lain hal, adanya gerakan politis yang melibatkan institusi pendidikan membuat Syekh Abbas Abdullah tidak setuju dan keluar dari Sumatera Thawalib, dan merubah nama perguruan menjadi Darul Funun.

Beberapa kawan, murid dan loyalis yang mengikut langkah Syekh Abbas Abdullah dalam memberi jarak terhadap politik praktis diantaranya adalah HAKA dan Rahmah El Yunusiah.

Pada masa bergolakan ini memberikan tekanan berat pada dunia pendidikan. Dimulainya pelarangan sekolah liar dikarenakan aktifitas politik ini. Kelas-kelas diberendel, sekolah dibubarkan, buku-buku dibakar, betulah apa yang dikhawatirkan Syekh Abbas Abdullah. Akrifitas politik praktis yang dilakukan oleh murid-murid senior Thawalib telah memberikan kerugian cukup besar dalam dunia pendidikan. Hingga sejarah mencatat dunia pendidikan Thawalib memerlukan waktu 20-30 tahun untuk bangkit kembali bertahan selama masa bergolakan.

Pada masa ini tingkat pendidikan dibagi menjadi dua tingkat, Ibtidaiyah (I-IV) dan tingkat Tsanawiyah (V-IX).

1950
Meninggalnya Syekh Mustafa Abdullah
Akta Wakaf Darul Funun

Meninggalnya Syekh Mustafa memberikan pertimbangan perlunya langkah legal untuk menjadi landasan meneruskan dakwah Darul Funun.

Untuk mempertahankan keberlangsungan sekolah-sekolah agama dan umum, asrama-asrama bagi murid-murid sekolah, masjid, langgar dan surau-surau, maka Syaikh Abbas membuat Akta Wakaf Darul Funun (1954) dengan Wazir pengurusnya, Ketuanya adalah Syaikh Abbas Abdullah dan wakil ketua Tuan Sjarkawi dan Tuan Fauzi Abbas, anaknya yang masih sekolah di Mesir pada waktu itu.

Buya Fauzi Abbas, BA ⇢

1957
Meninggalnya Syekh Abbas Abdullah

Meninggalnya Syekh Abbas pada tanggal 19 Juli 1957. Rapat Pengurus Badan Wakaf Darul Funun memutuskan pemisahan pengurus dan majlis guru, dan juga penambahan pengurus yang terdiri dari alumni senior dan juga tokoh masyarakat. Pembentukan organisasi bekas pelajar Darul Funun dengan nama Ikatan Pendukung Darulfunun.

1968
Madrasah Negeri Padang Japang

Setelah perang berkepanjangan yang menguras tenaga, materi dan mental dan lahirnya order baru. Tahun 1968 Buya H Fauzi Abbas (Wk Ketua Badan Wakaf dan merangkap interm Ketua Badan Wakaf) bersama masyarakat padang japang bersama-sama mempelopori pendirian Madrasah (Negeri).

Konsep Madrasah ini adalah konsep yang digagas oleh Mahmud Yunus yang disetujui oleh Mentri Agama, dengan konsep Madrasah Negeri tetapi di kelola oleh Swasta. Ketika tokoh pendidikan Mesir Hasan Al-Banna diasingkan ke Swizerland, terdapat dua orang Indonesia yang mengunjunginya, yakni Syekh Abbas Abdullah dan Mahmud Yunus yang masih belajar di Al-Azhar.

SK Menteri Agama RI No.68/1968 tanggal 13 April 1968 merestui pembangunan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Negeri, sehingga dengan ini dialihkan kegiatan belajar mengajar di Darul Funun ke entitas Madrasah Negeri Padang Japang, dimana aktifitas pembelajaran masih berjalan di gedung Darul Funun.

Prof Dr Mahmud Yunus
Hasan Al-Banna
MAN Padang Japang ⇢

1970
Sekolah Tinggi Ilmu Syariah

Pada tahun 1970 dibangun gedung Madrasah Negeri dengan dana wakaf, dan dengan ini dimulai berangsur pemindahan kegiatan belajar mengajar di komplek Madrasah Negeri Padang Japang, dan pada tahun 1975 dibangun kembali lima gedung oleh pemerintah, yang berjalan hingga kini. Dan yang menjadi tenaga pengajar adalah guru-guru Darul Funun.

Dengan berangsur dipindahkannya proses belajar mengajar, kemudian Darulfunun menginisiasi pembangunan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah yang menginduk dengan STAIN Bukittinggi di gedung Darulfunun puncak Bakuang (yang dikenal masyarakat dengan gedung Nahdah).

Selain aktif sebagai organisasi (NGO) penopang guru-guru Madrasah Negeri, guru-guru sekolah-sekolah dan tokoh masyarakat, Darul Funun juga melakukan pembinaan dan pengembangan masyarakat dan pertanian, salah satunya adalah membawa bibit padi unggul dan bibit ikan mujair dari bogor.

1984
Meninggalnya Buya H Fauzi Abbas

Meninggalnya Buya Fauzi Abbas menjadi pukulan keras karena pada saat yang sama Sekolah Tinggi Ilmu Syariah kurang mendapat sambutan dan adanya gap pendidikan dikarenakan belum pulihnya sosial ekonomi masyarakat akibat konflik yang berkepanjangan.

Sebelum Buya H Fauzi meninggal, beliau bersama pengurus yang ada sudah mempersiapkan rancangan pengurus Wakaf Darul Funun yang diamanahkan kepada Buya Afifi Fauzi Abbas yang berada di Jakarta.

Buya Dr H Afifi Fauzi Abbas, MA ⇢

1987
Yayasan Darul Funun El-Abbasiyah

Perubahan nama dalam akta legal sebagai Yayasan Darul Funun El-Abbasiyah oleh H Farukh Abbas dengan Ketua Umum Buya Afifi Fauzi dan sekretaris Ir H Mazman Mazni yang juga Ketua Ikatan Keluarga Besar Syekh Abdullah.

Kepengurusan di Padang Japang diperbantukan oleh Ketua Buya H Bermawi Mukmin dan Datuk Adli Fauzi, BA dan sekretaris Drs H Adiaputra

Ir H Mazman Mazni ⇢
Buya H Bermawi Mukmin ⇢
Datuk Adli Fauzi, BA ⇢
Drs H Adiaputra ⇢

1997
Madrasah Tsanawiyah YDFA

Yayasan Darul Funun El-Abbasiyah (YDFA) membuka kembali kelas Madrasah Tsanawiyah, dikarenakan kondisi sosial ekonomi, dhuafa dan anak-anak di hujung negeri tidak mendapat akses pendidikan.

Perintisan kelas ini diamanahkan kepada Ketua I Buya H Bermawi Mukmin.

2002
Madrasah Aliyah YDFA

Dibuka kembali kelas Madrasah Aliyah untuk memfasilitasi anak-anak yang telah selesai dari tingkat Tsanawiyah.

2013
Penambahan Kelas
2014
Pembangunan Asrama Putra
2015
Rusunawa

Tahun 2013 adalah titik balik kepercayaan masyarakat terhadap Madrasah Darul Funun, hingga diperlukan pembangunan ruang kelas tambahan untuk menampung antusias masyarakat.

Berkat kepedulian dan partisipasi masyarakat, keluarga besar Darul Funun El-Abbasiyah, pada tahun 2013 dapat diselesaikan pembangunan ruang kelas tambahan, 2014 asrama putra di baruah, dengan dana Wakaf dan pembangunan rusunawa pada tahun 2015 bantuan dari Kementerian Perumahan Rakyat untuk Pesantren Bersejarah.

2018
Restrukturisasi

Dimulai dari tahun 2016 dimulainya tahapan pengkajian terhadap bisnis model Darul Funun yang di satu sisi menjalankan fungsi sosial pendidikan, dan di satu sisi bukan merupakan entitas pemerintah.

Misi Darul Funun untuk dapat memberikan akses pendidikan berkualitas, baik untuk Dhuafa dan Masyarakat Lokal sekali lagi diuji.

Maka pada tahun 2017 dimulai perencanaan untuk memfasilitasi kepentingan-kepentingan tersebut, dan alhamdulillah tahun 2018 sudah dilihat upaya tersebut bisa dapat dicapai.

Pada akhir tahun 2018 dikarenakan sebagai formatur pengurus yang sudah meninggal, maka disusunlah struktur baru pengurus yayasan dengan ketua Tan Abdullah A. Afifi, dan melibatkan lebih banyak generasi yang lebih muda.

Tan Abdullah A Afifi, ST MT ⇢

2019
AAMIL, IDRIS Institute & Kurikulum SURAU

Dengan dimulainya babak baru pengembangan Darul Funun, insyaallah Darul Funun sedang mempersiapkan diri menuju 500 siswa dan dikembangkannya kurikullum surau untuk meningkatkan kualitas pembinaan di asrama.

Untuk menopang dan mempersiapkan ruang gerak yang lebih besar maka dikembangkan entitas baru bernama AAMIL melanjutkan untuk program pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan dan IDRIS sebagai lembaga think thank dan kajian keilmuan yang telah dirintis sebelumnya oleh Tn Abdullah A Afifi di Inggris.

Di tahun ini juga mulai dilakukan penertiban pengelolaan, ditemukan penyelewengan tata kelola keuangan dan ineffisiensi. Sebagian oknum mengundurkan diri dengan hormat dan sebagian diminta mundur, dan sebagian bertahan dan berjanji tidak mengulangi.

Penertiban ini dipimpin langsung oleh Buya Afifi. Penertiban tata kelola menjadi langkah awal untuk mulai melakukan percepatan pembangunan ditahun berikutnya.

Kurikullum SURAU
AAMIL Indonesia
IDRIS Institute

2020
Kuliyyatul (Mustafa) Muallimin

Di awal tahun 2020, IDRIS melakukan kerjasama dengan Islamic Online University (IOU) yang kemudian bernama International Open University untuk memfasilitasi ujian dan pembelajaran pendidikan tinggi secara online.

Pendidikan ini berada dalam program (Kuliyyatul) Mustafa Muallimin, IDRIS (Institute) dalam rangka mempercepat pengembangan SDM yang memiliki kompetensi pendidikan tinggi.

Ditahun ini diperkenalkan SURAU CAMP sebagai upaya program intensif hemat biaya untuk menguatkan pondasi agama dan kemampuan soft skills. SURAU CAMP in terinspirasi oleh Winter Camp dakwah di Inggris yang dilakukan selama masa libur musim sejuk.

Ditahun ini pula Aamil meluncurkan program infaq online melalui website aamil.

Di tahun ini pula Nahdahtun Nisaiyah memisahkan diri dari Darulfunun yang diprovokasi oleh Athifah Thaha. Setelah beberapa tahun sebelumnya Nahdah tidak mau bekerjasama dalam penertiban administrasi.

(Kuliyyatul) Muallimin Mustafa

2021
Tegar dalam Pandemi & Fitnah serta Meninggalnya Buya Dr H Afifi Fauzi Abbas MA & Buya Ismed Abbas.

Pandemi Covid-19 memberikan cobaan berat bagi Darulfunun, dari keterbatasan ruang gerak, krisis keuangan, fitnah yang merajalela dan upaya untuk terus bertahan dan berkembang.

Alhamdulillah selama pandemi restrukturisasi keuangan dan skala prioritas menjadikan Darulfunun masih sanggup berbenah dan membangun infrastrukturnya.

Meninggalnya Buya Dr H Afifi Fauzi Abbas MA pada 31 September 2021, dan tanggung jawab Darulfunun diteruskan oleh Abdullah A Afifi. Masa-masa ini adalah krisis besar ketiga yang dihadapi oleh Darulfunun setelah meninggalnya masayikh-masayikh sebelumnya (Syekh Abdullah, Syekh Abbas dan Buya Fauzi). Konflik kepentingan, internal dan keputusasaan adalah hal yang menjadi prioritas diselesaikan selain masalah teknis yang lainnya.

Di tahun 2022, sebelum meninggalnya Buya Ismed Abbas, beliau menyampaikan Darulfunun tidak boleh terlibat politik praktis, melihat sejarah dan kerugian yang diakibatkan terlalu besar.

Tanggung jawab pembangunan dibantu oleh Datuk Azizi Fauzi ST MTP, M Hadi Zamhur ST, Evan A Afifi ST dan Abdul Hadi Ridha ST MM.

2022
Meneguhkan Esensi

Maraknya fitnah yang merajalela setelah meninggalnya Buya Afifi tidak dapat dipungkiri telah menurunkan pamor Darulfunun.

Percobaan kudeta dilakukan oleh Atifah Thaha dan Teja Sepang, akan tetapi gagal dan tanggal 27 Agustus diingati sebagai hari loyalitas (ayyaumis syahdah)

Ditengah-tengah konflik dan situasi tidak kondusif itu perbaikan-perbaikan internal terus diperbaiki, pola-pola pembelajaran disempurnakan.

Pembangunan dihentikan sementara hingga jelas pertanggung jawaban dewan pembina yayasan terhadap hutang piutang dan pengakuan penggunaan dana pihak ketiga. Pada saat ini kondisi yayasan terancam pailit.

Untuk menjaga perguruan dapat terus berjalan, pemegang amanah Darulfunun sekaligus ketua yayasan Abdullah Afifi bersama-sama tokoh muda lainnya memberikan alternatif jaminan supaya perguruan dapat terus beroperasional hingga konflik yayasan diselesaikan.

2023
Catatan Rekor

Dengan usaha yang giat dari para dewan guru dan pengelola perguruan beberapa prestasi berhasil ditorehkan.

1. Wakil KSM Kabupaten untuk matpel Fisika dan Matematika setelah tahun sebelumnya untuk matpel Sosiologi dan Ekonomi.
2. Wakil Propinsi POSPENAS cabang Pencak Silat.
3. Wakil OSN Kabupaten untuk matpel Biologi.
4. Kelulusan 77,14% Perguruan Tinggi.