Mudirah Pertama Perguruan Darulfunun: Ummi Hajjah Mona Eliza

Ummi Hajjah Mona Eliza adalah sosok perempuan inspiratif yang menjadi mudirah pertama Perguruan Darulfunun, sebuah lembaga pendidikan yang didirikan dengan tujuan untuk memajukan pendidikan Islam di Indonesia. Beliau tidak hanya dikenal sebagai pendidik yang berdedikasi, tetapi juga sebagai istri dari Buya Afifi Fauzi Abbas dan ibu dari Tan Abdullah Afifi, dua tokoh yang juga memiliki pengaruh dalam dunia pendidikan dan keagamaan.

Latar Belakang dan Pendidikan

Ummi Hajjah Mona Eliza lahir di sebuah keluarga yang sangat menghargai pendidikan. Sejak kecil, beliau telah menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan keagamaan. Ayah beliau adalah yang sedikit yang sempat menempuh pendidikan di University of Texas, Amerika. Keluarga beliau berasal dari Koto Nan Gadang, Kota Payakumbuh. Pendidikan formalnya ditempuh di beberapa lembaga pendidikan Islam ternama, PGA Payakumbuh, UIN Syarif Hidayatullah dan Universitas Muhammadiyah Jakarta di mana beliau tidak hanya belajar ilmu agama tetapi juga berbagai disiplin ilmu lainnya yang menunjang perannya sebagai pendidik. Beliau pernah berkiprah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pelaksana administrasi dan juga dosen pengajar, kemudian berpindah ke UIN Bukittinggi menyusul Buya Afifi Fauzi Abbas yang terlebih dahulu kembali pulang untuk mengurus Darulfunun.

Latar belakang pendidikan dan organisasi:

  • PGA Payakumbuh (skrg MAN 2 Payakumbuh)
  • BA, SAg – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
  • MA – Universitas Muhammadiyah Jakarta
  • IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
  • ASA (Awak Samo Awak) Ciputat dan sekitarnya
  • Muhammadiyah – Aisyiyah
  • PCM Aisyiyah Kota Payakumbuh

Peran sebagai Istri dan Ibu

Sebagai istri dari Buya Afifi Fauzi Abbas, Ummi Hajjah Mona Eliza berperan aktif dalam mendukung suaminya dalam berbagai aktivitas keagamaan dan pendidikan. Buya Afifi Fauzi Abbas adalah seorang ulama yang dihormati dan dikenal luas atas kontribusinya dalam menyebarkan ajaran Islam yang moderat dan inklusif baik dalam organisasi Muhammadiyah ataupun secara umum di masyarakat. Dalam peran ini, Ummi Hajjah Mona Eliza sering kali menjadi partner diskusi dan pendukung utama, membantu mewujudkan berbagai inisiatif pendidikan dan sosial yang digagas oleh suaminya. Ummi Hajjah Mona Eliza juga terlibat dalam pergerakan Aisyiyah baik di Jakarta ataupun Payakumbuh.

Sebagai orang tua, beliau juga berperan penting dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya untuk menjadi individu yang berakhlak mulia dan berilmu. Anak-anaknya sendiri telah mengikuti jejak orang tuanya dengan menjadi seorang pendidik, tokoh dan berperan aktif berkontribusi pada masyarakat luas. Ummi Hajjah Mona Eliza adalah yang menguatkan tekad Buya Afifi Fauzi Abbas untuk menyelesaikan janjinya kepada ayahnya Buya Fauzi Abbas untuk pulang dan membangun kembali Darulfunun.

Kepemimpinan di Perguruan Darulfunun

Sebagai mudirah pertama Perguruan Darulfunun (2018-2023), Ummi Hajjah Mona Eliza menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan lembaga pendidikan ini. Bahkan tidak jarang fitnah dan tantangan diberikan oleh orang-orang yang hasad dengan kiprah beliau. Beliau adalah pimpinan perguruan Islam satu-satunya yang merupakan perempuan, sehingga tantangan bukan hanya dari internal tetapi juga dari eksternal dan budaya. Akan tetapi dengan visi yang jelas dan semangat yang tinggi, beliau berhasil membawa Perguruan Darulfunun, khususnya setelah meninggal Buya Afifi Fauzi Abbas, menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam yang diperhitungkan. Kepemimpinannya yang tegas namun bijaksana membuat Perguruan Darulfunun dikenal sebagai lembaga yang tidak hanya mengutamakan aspek akademis tetapi juga pembentukan karakter dan akhlak para siswa.

Jumlah siswa Perguruan Darulfunun El-Abbasiyah mencapai 520 siswa, menjadi jumlah siswa terbanyak selama 20 tahun terakhir perguruan ini didirikan. Beliau memprakasai kelas Fikih Perempuan, Surau Camp dan juga program Tahfiz. Dalam masa beliau, pembinaan siswa dilakukan secara intensif seperti perlakuan seorang ibu kepada anak-anaknya sendiri. Beliau turun tangan sendiri memastikan siswa didik mendapatkan makanan yang bergizi untuk aktifitasnya, beliau juga yang memastikan perbaikan-perbaikan infrastruktur tetap berjalan untuk memberikan kenyamanan pada siswa didik. Beliau bahkan tidak sungkan pada bulan ramadhan menjemput dan mengantarkan siswa untuk berpartisipasi memberikan tausiyah ramadhan di masjid-masjid dan musholla di Kota Payakumbuh. Untuk keperluan itu beliau memaksakan diri untuk belajar mengemudikan mobil setelah meninggalnya Buya Afifi Fauzi Abbas.

Inovasi dan Kontribusi

Ummi Hajjah Mona Eliza dikenal sebagai inovator dan disiplin dalam bidang pendidikan. Beliau memperkenalkan berbagai perbaikan-perbaikan administratif dan metode pengajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan, serta selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Perguruan Darulfunun. Beliau juga yang menanamkan pentingnya KSM (kompetisi sains madrasah), dan perlu diadakan kelas Matrik untuk mendukung hal tersebut. Beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, memberikan bimbingan kepada masyarakat luas, khususnya dalam hal pendidikan anak dan peran perempuan dalam Islam.

Dalam perbaikan yang dilakukan Perguruan Darulfunun dapat mencapai hasil yang terbaik dalam 20 tahun terakhir. Diantaranya:

  1. Jumlah siswa 520 siswa
  2. Lolos KSM hingga tingkat provinsi untuk mata pelajaran umum
  3. Kelulusan 78% PTN (perguruan tinggi nasional)
  4. Pionir Wisuda Tahfiz Al-Quran di Payakumbuh dan Limapuluh Kota
  5. Target 1-2 Juz dalam satu tahun
  6. Daurah Surau Camp
  7. Kurikulum Surau
  8. Pelatihan IT untuk siswa yang akan tamat belajar
  9. dsb

Selain itu beliau juga termasuk yang menggagas perbaikan-perbaikan infrastruktur pelayanan siswa, diantaranya:

  1. Dapur atau Kantin Perguruan dari sebelumnya siswa makan menggunakan sistem katering luar, memberikan pengurangan biaya makan hingga 50%
  2. Pengadaan tempat tidur dan fasilitas siswa di asrama dari sebelumnya siswa tidur dengan membawa kasur dan peralatan masing-masing.
  3. Merenovasi toilet umum dan untuk guru, untuk meningkatkan kebersihan dan sanitasi sekolah

Fitnah dan Cobaan

Sebagai mudirah, pimpinan perempuan pertama di Perguruan bersejarah di Indonesia. Ummi Hajjah Mona Eliza tidak tidak luput dari berbagai cobaan dan fitnah. Sebagai seorang atasan di lembaga pendidikan Islam yang terkemuka, beliau sering kali dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah. Berbagai fitnah dan isu negatif pernah diarahkan kepadanya, baik dari pihak internal maupun eksternal, terlebih setelah meninggalnya Buya Afifi Fauzi Abbas. Namun, Ummi Hajjah Mona Eliza selalu mampu menghadapi semua itu dengan ketabahan dan kebijaksanaan demi amanah yang selalu disebut-sebutnya.

Ketika menghadapi cobaan, Ummi Hajjah Mona Eliza selalu mengedepankan sikap sabar dan tawakkal kepada Allah. Beliau meyakini bahwa setiap ujian yang datang adalah bagian dari rencana Allah untuk menguji kesabaran dan keimanannya. Dalam menghadapi cobaan, beliau selalu mengingatkan diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya untuk tetap tegar dan tidak mudah menyerah.

Fitnah sering kali menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan seseorang yang berada di posisi publik. Ummi Hajjah Mona Eliza menghadapi berbagai fitnah dengan cara yang sangat bijaksana. Beliau selalu berusaha untuk menunjukkan integritas dan kejujuran dalam setiap tindakannya. Fitnah muncul dari orang-orang yang hasad dengan keberhasilan beliau, dan juga internal yang sering didisiplinkan oleh beliau.

Dalam menghadapi fitnah, beliau juga selalu memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil berdasarkan prinsip keadilan dan kebenaran. Dengan menunjukkan transparansi dan akuntabilitas dalam kepemimpinannya, beliau berhasil meredam berbagai isu negatif yang pernah menyerangnya. Integritas dan konsistensi inilah yang membuat banyak orang tidak mampu menghadapi beliau.

Dari berbagai cobaan dan fitnah yang dihadapinya, Ummi Hajjah Mona Eliza selalu mengambil hikmah dan pelajaran berharga. Beliau selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Cobaan dan fitnah tidak membuatnya lemah, tetapi justru semakin mengokohkan tekadnya untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik.

Beliau juga mengajarkan kepada murid-murid dan orang-orang di sekitarnya untuk selalu bersikap sabar dan tidak mudah putus asa. Dalam setiap ceramah dan bimbingannya, beliau sering kali menekankan pentingnya menjaga keimanan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian hidup.

Kontroversi

Untuk menghalang-halangi kiprah beliau, fitnah dan hasutan dilakukan oleh pihak internal dan eksternal. Hingga akhirnya pihak-pihak tersebut mencoba memberhentikan beliau dengan melakukan kudeta kepada anak beliau yang merupakan Ketua Yayasan yang diamanahkan oleh Buya Afifi Fauzi Abbas.

Dengan meninggalnya Buya Afifi Fauzi Abbas, pihak-pihak yang hasad ini semakin kuat memberikan tekanan kepada beliau. Hingga pada akhirnya untuk memberhentikan beliau, pihak-pihak ini perlu melakukan kudeta terhadap Yayasan dan mengganti ketua yayasan bukan dari keturunan Syekh Abbas Abdullah. Dalam aksi ini juga pihak-pihak tersebut menjanjikan mengganti uang terpakai yang tidak sedikit yang dipergunakan untuk menalangi gaji guru, yang pada akhirnya hutang tersebut tidak dibayarkan.

Warisan dan Pengaruh

Warisan yang ditinggalkan oleh Ummi Hajjah Mona Eliza tidak hanya terlihat dari perkembangan Perguruan Darulfunun, tetapi juga dari banyaknya murid dan pengikut yang terinspirasi oleh ajaran dan teladannya. Beliau telah membuktikan bahwa dengan dedikasi dan kerja keras, seorang perempuan harus dapat memberikan kontribusi yang besar dalam dunia pendidikan dan agama.

Kesuksesan Ummi Hajjah Mona Eliza sebagai mudirah pertama Perguruan Darulfunun menjadi contoh nyata bahwa peran perempuan dalam Islam sangatlah penting dan tidak boleh diremehkan. Beliau telah membuka jalan bagi banyak perempuan lain untuk berkiprah dan memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat.

Dengan segala prestasi dan dedikasinya, Ummi Hajjah Mona Eliza akan selalu dikenang sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan teladan bagi generasi-generasi berikutnya. Keberhasilannya dalam memimpin Perguruan Darulfunun walaupum sebentar, telah memberikan warna yang berharga dalam perkembangan Perguruan di 20 tahun terakhir, terutama sebagai peran perempuan dalam kelembagaan pondok pesantren.