☕ 𝐵𝑒𝑦 𝐴𝑏𝑑𝑢𝑙𝑙𝑎ℎ
Kita dihadapkan dengan istilah populer “adab sebelum ilmu” sehingga seolah-olah adab dan ilmu adalah hal yang terpisah yang harus diprioritaskan satu dari yang lainnya. Tentunya penjelasan ini perlu di urai secara obyektif, menarik untuk diurai dan dibahas supaya tidak terjadi pemahaman yang salah dan mematahkan semangat para pencari ilmu. Seandainya adab (budi pekerti) terpisah dari ilmu maka ilmu adalah hal kausalitas yang hanya mengandalkan hafalan dan kemampuan logis yang terukur tak bermakna. Jika dibandingkan dengan konsep pendidikan Islam yang semakin berkembang, maka adab didapatkan ketika seorang manusia telah terdidik. Karena adab adalah mengenai yang benar dan salah, sehingga hanya dengan ilmu tersebut adab seorang manusia mulai dapat berkembang dan mengenal penilaian baik dan buruk. Jika menuntut ilmu memerlukan adab, maka yang dimaksud adalah adab yang baik dalam menuntut ilmu memberikan perasaan senang kepada sang guru, hingga keberkahan untuk dicernanya ilmu. Sebab itu menuntut ilmu dimulai dari yang dasar-dasardan harus di mulai dari sejak kecil, untuk membiasakan adab-adab itu tumbuh seiring dengan ilmu yang tumbuh.
Ilmu merupakan pelita dan kunci untuk berkembangnya adab dalam kehidupan seorang Muslim. Adab adalah hasil produk pemahaman keilmuan, kontempelasi wawasan dengan segala kompleksitasnya. Dan puncak adab adalah adabnya makhluk terhadap khalik (penciptanya), dan keilmuan (makrifat) dalam Islam adalah mengenai tujuan puncak dari semua aktifitas dan kefasihan, yakni membangun ketaqwaan kepada Allah (swt). Dalam ajaran Islam, ilmu dipandang sebagai salah satu aspek terpenting yang dapat membentuk karakter dan adab seseorang manusia. Menuntut ilmu menjadi bukan hanya sekedar menambah wawasan, namun juga menanamkan pertimbangan nilai-nilai luhur dalam akal memori manusia sehingga baik kesadarannya (conscious) ataupun alam bawah sadarnya (un-conscious) merefleksikan sikap pribadi yang baik. Dengan ilmu, seseorang dapat memahami hakikat hidup dan mencapai derajat kehormatan yang tinggi di sisi Allah (swt).
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh jalan mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)
Menuntut ilmu adalah warisan budaya yang sangat berharga bagi umat manusia, bahkan bernilai ibadah. Sebaliknya meninggalkan ilmu adalah satu kesia-siaan. Menuntut ilmu hendaknya menjadi kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, agar mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan bermartabat, sehingga dapat berkontribusi membentuk masyarakat dan peradaban yang beradab.
Dalam konteks adab, ilmu memiliki peranan yang sangat vital. Adab adalah perwujudan dari etika, sopan santun, dan seringnya menjadi cerminan dari kearifan seseorang. Ilmu menjadi dasar untuk membentuk adab yang baik, karena dengan ilmu, seseorang akan memahami cara berbicara, bertindak, dan bersikap yang sesuai dengan ajaran Islam. Istilah orang beradab yang senantiasa terdengar memiliki padanan sebagai orang-orang yang terpelajar. Sehingga tidak menjadi satu ulasan bahwa ilmu dan pembelajaran adalah awal dari munculnya adab.
Ilmu tidak hanya mencakup tentang pengetahuan agama saja. Keimanan (agama) tanpa ilmu menjadi tumpul (goyah dan lemah dalam sikap), dan ilmu (pengetahuan dunia) tanpa agama buta tak tentu arah (tidak tentu tujuan, mudah tertipu). Ilmu yang syumul artinya juga meliputi pengetahuan akan dunia, tentang alam sekitar, manusia lain dan makhluk-makhluk yang hidup di dalamnya. Dalam konteks ini, ilmu pengetahuan menjadi bagian penting dalam membentuk adab seseorang, karena ilmu tersebut membantu kita memahami apa yang patut, keadaan lingkungan sekitar, hubungan dengan orang lain, dan mengembangkan potensi diri menjadi pribadi pelajar yang tercerahkan, seorang ulul albab.
Dalam menuntut ilmu, seseorang diharapkan memiliki sikap tawadhu’ atau rendah hati. Sikap ini penting karena ilmu yang didapat akan membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain jika digunakan dengan niat yang baik. Dengan tawadhu’, seseorang akan terbuka terbuka untuk mengajarkannya dan murid pun akan zuhud dalam belajar dan mengakui kekurangan diri, terhindar dari kesombongan dan merasa perlu untuk terus belajar dan belajar. Karenanya menuntut ilmu adalah bagian dari ibadah seorang Muslim.
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
(QS Az-Zumar 39 : 9)
Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam, ilmu adalah kunci dari kefahaman dan adab kita terhadap kebenaran, sehingga menuntut ilmu merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah (swt), sehingga selamat dunia dan akhirat.
Ilmu tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat luas. Dengan memiliki ilmu yang baik, seseorang dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan umat Islam. Masyarakat yang berilmu dalam membentuk lingkungan masyarakat yang beradab, dan dengan masyarakat yang beradab berkembanglah peradaban yang madani. Ilmu dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan inovasi, dan mengembangkan kehidupan yang lebih baik. Menuntut ilmu juga merupakan amanah yang harus diemban oleh setiap Muslim, agar mereka dapat menjadi tenaga penggerak yang mencerahkan, menjadi agen perubahan yang baik dan membawa manfaat bagi banyak orang.
Ilmu memberikan landasan bagi seseorang untuk dapat menghargai orang lain secara obyektif sesuai dengan kapasitasnya. Hanya dengan ilmu manusia dapat membedakan yang baik dan buruk, orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat buruk. Dengan ilmu kita dapat mengurai konflik yang penuh dengan fitnah sehingga selamat dari apa-apa yang menjerumuskan diri sendiri dan mendzalami orang lain. Dengan ilmu, kita akan memahami bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan, serta memiliki peran yang berbeda dalam kehidupan yang telah ditetapkan oelh Allah sesuai dengan ukurannya. Oleh karena itu, ilmu akan membantu kita menyuburkan kebaikan, menghormati perbedaan dan menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama, sesuai dengan adab yang diajarkan dalam Islam.
Salah satu aspek penting dalam menuntut ilmu adalah untuk pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Seorang Muslim yang memiliki ilmu harus menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan mereka, baik dalam ibadah, muamalah, maupun akhlak. Bukan karena kewajiban, tetapi dengan ilmu seorang muslim paham inilah cara yang paling selamat untuk hidup di dunia dan mempersiapkan akhirat kelak. Hanya dengan mengamalkan ilmu, seseorang akan menjadi teladan yang baik bagi orang lain dengan menunjukkan adab yang luhur, keberpihakan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal buruk terjadi. Dengan keilmuan yang cukup maka sepatutnya seorang muslim dapat mencapai keselamatan seperti yang diajarkan dalam doa nabi yakni: fiidunya hasanah wa fiilakhirati hasanah...
Selain itu, ilmu juga menjadi kunci untuk terhindari dari kesia-siaan dan fitnah yang menyesatkan. Dalam ajaran Islam, kesia-siaan dan fitnah merupakan penyebab utama kemunduran umat dan perpecahan. Dengan menuntut ilmu, seseorang akan menjadi pribadi yang cerdas dan bijaksana, sehingga mampu mengambil keputusan yang benar dan menghindari jebakan kesesatan yang dilakukan secara nyata oleh manusia yang buruk maupun bisikan hasad yang di tiupkan oleh syaitan.
Akhir kata, ilmu adalah pelita sebuah gerbang untuk budi pekerti, kunci dari adab dalam kehidupan seorang Muslim. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, karena ilmu akan membentuk karakter, mengembangkan potensi, serta membantu kita dalam menjalani kehidupan yang lebih baik dan beradab. Dengan ilmu, kita akan menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dekat dengan Allah (swt), serta dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan umat Islam secara keseluruhan.