Ramadhan (11): Jalan Sunyi Penyeru Kebaikan

Avatar photo

Abdullah A Afifi

⛊Bey Abdullah Tan Jabok Bio Aktifitas: https://arifabdullah.id | Telegram: https://t.me/beyabdullah

Bismillahirrahmanirrahim,

Para Penyeru Kebaikan merupakan individu-individu yang telah memilih jalan kebaikan dan kebajikan dalam hidup mereka. Mereka adalah orang-orang yang berusaha untuk menyebarkan nilai-nilai Islami yang luhur, seperti kejujuran, toleransi, keadilan, dan kasih sayang. Melalui perjuangan dan pengorbanan mereka, mereka telah membantu umat manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna.

Rasulullah SAW adalah teladan utama bagi para penyeru kebaikan. Selama hidupnya, beliau telah menyampaikan risalah Allah SWT kepada umat manusia dan mengajak mereka untuk memeluk agama yang benar. Beliau juga menunjukkan cara hidup yang penuh dengan kasih sayang, keadilan, ketegasan dan keteladanan, sehingga menjadi contoh bagi umat manusia hingga kini.

Selain Rasulullah SAW, para sahabat dan keluarga beliau juga merupakan penyeru kebaikan yang gigih dan penuh dedikasi. Mereka mendukung dakwah Rasulullah dan membantu menyebarkan ajaran Islam hingga ke berbagai penjuru dunia, yang kita saksikan pada hari ini.

“Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh Allah pada suatu umat sebelumnya melainkan dia memiliki pembela dan sahabat yang memegang teguh sunah-sunnah dan mengikuti perintah-perintahnya” (Shahih Muslim 71)

Di masa-masa selanjutnya, ulama dan cendekiawan Islam juga turut berperan sebagai penyeru kebaikan. Mereka menggali ilmu pengetahuan dan mengajarkan umat Islam untuk mencintai ilmu serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Para penyeru kebaikan tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan, tetapi dan justru dalam bidang sosial dan kemanusiaan. Mereka menginspirasi dan mengajak umat manusia untuk saling membantu, berbuat kebbaikan, menjaga kelestarian lingkungan, hingga memerangi ketidakadilan dan kemiskinan.

Kegiatan dakwah sebagai penyeru kebaikan juga dapat dilakukan melalui berbagai media dan metode. Selain melalui ceramah dan kajian ilmiah, dakwah juga bisa dilakukan melalui partisipasi karya seni, sastra, dan teknologi. Hal ini semakin memudahkan para penyeru kebaikan untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat, terlepas dari usia, latar belakang, atau kultur mereka.

Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi seperti saat ini, tantangan yang dihadapi oleh para penyeru kebaikan semakin kompleks. Mereka harus mampu bersaing dengan berbagai aliran pemikiran dan gagasan yang bisa menyimpang dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Oleh karena itu, para penyeru kebaikan perlu terus meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan mereka, agar mampu menyampaikan pesan kebaikan secara efektif dan menarik. Penguasaan teknologi dan media sosial menjadi salah satu kunci penting dalam menyebarkan dakwah di era digital ini.

Selain itu, toleransi dan sikap terbuka terhadap perbedaan juga menjadi nilai penting yang harus ditanamkan oleh para penyeru kebaikan. Mereka harus mampu bergerak secara inklusif, menghargai dan mengakui keberagaman budaya, tradisi, dan pemikiran, serta menjalin dialog yang konstruktif dengan pihak lain. Hal ini akan membantu menciptakan kolaborasi, suasana harmoni dan saling pengertian di tengah-tengah masyarakat.

Para penyeru kebaikan juga harus memiliki kesabaran, keteguhan hati, dan keikhlasan dalam menjalankan misi mereka. Tidak jarang mereka akan menghadapi berbagai hambatan, kritik, atau bahkan ancaman dalam menyampaikan kebaikan. Namun, dengan kekuatan iman dan kepercayaan kepada Allah SWT, mereka akan mampu melalui berbagai rintangan tersebut dan tetap konsisten dalam dakwahnya.

Sebagai umat Islam, kita juga dituntut untuk menjadi penyeru kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab untuk mengajak orang di sekitarnya untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan:

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran dan ia mampu merubah dengan tangannya, hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu hendaklah dengan lisan, apabila tidak mampu hendaklah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman.” (Sunan Ibnu Majah 4003)

Para penyeru kebaikan sering kali menghadapi jalan yang sunyi dan sepi dalam menjalankan misi mereka. Mereka mungkin merasa kesepian dan terisolasi karena banyak orang yang tidak memahami atau bahkan menentang usaha mereka dalam menyebarkan kebaikan. Namun, di tengah kesendirian itu, mereka menemukan kekuatan dalam doa, introspeksi diri, dan ketergantungan kepada Allah SWT.

Ketika menghadapi kesepian dalam berdakwah, para penyeru kebaikan harus mengingat kisah-kisah para nabi dan rasul yang telah melalui jalan yang sama. Nabi Nuh AS, misalnya, mengalami penolakan dan ejekan dari kaumnya selama berabad-abad, tetapi beliau tetap teguh dan sabar dalam menyampaikan risalah kebenaran. Demikian pula Nabi Musa AS yang menghadapi tantangan dan musuh yang begitu besar, namun tetap setia dan tabah dalam menjalankan amanah dari Allah SWT.

Kesendirian yang dirasakan oleh para penyeru kebaikan bisa menjadi kesempatan untuk merenung dan memperbaiki diri. Dalam keheningan, mereka dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, merenungkan hikmah dan makna kehidupan, serta merenungkan tentang cara-cara terbaik untuk menyampaikan kebaikan. Kesunyian ini bisa menjadi sumber inspirasi dan kekuatan spiritual yang membantu mereka untuk terus berjuang dalam menghadapi berbagai rintangan.

Di saat yang sama, para penyeru kebaikan juga perlu menjalin persaudaraan dan kebersamaan dengan sesama penyeru kebaikan. Dalam kebersamaan ini, mereka bisa saling memberi dukungan, motivasi, dan semangat untuk melanjutkan perjuangan. Mereka bisa saling belajar, berdiskusi, dan berkarya bersama, sehingga dakwah yang mereka jalani menjadi lebih efektif dan bermakna.

Kesepian dan kesunyian yang dialami oleh para penyeru kebaikan adalah bagian dari proses perjuangan dan pengorbanan dalam menyampaikan kebenaran. Dengan kesabaran, keteguhan hati, dan kepercayaan kepada Allah SWT, mereka akan mampu melewati jalan yang sunyi dan sepi ini, serta meraih kemenangan dan kebahagiaan abadi. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari perjuangan para penyeru kebaikan dan terus berusaha menjadi penyeru kebaikan dalam kehidupan kita masing-masing.

Akhirnya, menjadi penyeru kebaikan bukanlah tugas yang mudah, tetapi merupakan amanah yang mulia dari Allah SWT. Dengan menjalankan misi ini, kita akan meraih keberkahan dan pahala yang tiada henti dari-Nya. Mari kita terus berusaha untuk menjadi penyeru kebaikan dan menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.

Wallahu’alam