Bismillahirrahmanirahim,
Pendidikan Islam menghadapi berbagai tantangan global yang mempengaruhi perkembangannya secara signifikan. Dalam era globalisasi ini, tuntutan untuk bersaing dalam berbagai aspek kehidupan semakin meningkat. Pendidikan Islam, sebagai salah satu sistem pendidikan yang ada, juga harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dan memastikan penguatan serta peningkatan kualitas pendidikannya untuk tetap kompetitif.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh pendidikan Islam adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang kian berkembang pesat. Kemajuan TIK telah mengubah cara orang berkomunikasi, mengakses informasi, dan belajar. Pendidikan Islam harus mampu mengadopsi dan memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar-mengajar, serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif. Salah satu yang sedang diusahakan oleh beberapa institusi pendidikan Islam adalah memberikan akses pendidikan inklusif dengan memanfaatkan TIK, baik dengan cara pembelajaran jarak jauh ataupun daring seperti International Open University (IOU) skala global ataupun seperti Universitas Siber Muhammadiyah dalam skala lokal.
Pendidikan Islam juga harus mampu menghadapi tantangan ekstremisme dan radikalisme yang dapat mengancam pemahaman umat Islam yang moderat dan toleran. Para pendidik dan institusi pendidikan Islam harus menyampaikan ajaran yang sejalan dengan prinsip-prinsip toleransi dan kesatuan, serta mendorong dialog antaragama dan antarbudaya untuk memperkuat kerukunan dan perdamaian dunia. Pendidikan Islam harus bisa meningkatkan mutu ajar yang berkualitas, sehingga dengan ini isu-isu moderat berkemajuan yang konstruktif akan dapat dipahami oleh peserta didik.
Tantangan global lain yang dihadapi oleh pendidikan Islam adalah perubahan iklim dan lingkungan. Pendidikan Islam perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip konservasi lingkungan dan keberlanjutan dalam kurikulumnya. Dalam konteks ini, pendidik dan peserta didik perlu diberdayakan untuk menjadi agen perubahan yang positif dalam melindungi lingkungan dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Beberapa kearifan lokal ‘urf dalam melakukan konservasi seperti Ikan larangan, dan juga tidak kalah penting adalah upaya ijtimak kontemporer mengenai lingkungan, untuk langkah awal beberapa lembaga majlis fatwa seperti Muhammadiyah sudah menginiasi Fikih Lingkungan, dan kita harapkan ada hasil yang lebih komprehensif dalam beberapa waktu kedepan.
Kurikulum pendidikan Islam harus disesuaikan dengan kebutuhan global yang terus berubah. Pendidik perlu meninjau dan memperbarui materi pembelajaran untuk memastikan relevansi dan kesesuaian dengan kebutuhan zaman. Selain itu, pendidikan Islam juga harus fokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Tren-tren baru seperti HOTS (high order thinking skills) dan STEAM (science, technology, engineering, art and math) jangan sampai dianggap sebagai pendekatan yang berlebihan ataupun kita skeptis yang tidak relevan dengan Pendidikan Islam.
Pendidikan Islam dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan aksesibilitas dan inklusi bagi semua lapisan masyarakat. Pendidik dan institusi pendidikan harus mengupayakan penyediaan pendidikan yang inklusif, sehingga tidak ada yang terpinggirkan atau tertinggal dalam menerima pendidikan berkualitas. Pendidikan Islam juga harus mampu merangkul keberagaman budaya dan menjembatani perbedaan.
Pendidikan Islam juga harus memperhatikan isu kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dalam pendidikan. Hal ini adalah salah satu nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Islam, disaat peradaban lain tidak mengambil pusing tentang posisi perempuan. Pendidik perlu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi baik laki-laki maupun perempuan, serta menghapus diskriminasi yang mungkin ada dalam sistem pendidikan. Pendidikan Islam harus memberikan peluang yang sama kepada semua peserta didik, terlepas dari jenis kelamin, untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakat. Jangan sampai pula akibat dari resistensi kejumudan dari kita pendidik, justru terjadi persepsi kontraproduktif tentang Islam yang tidak pro dengan pemberdayaan perempuan. Hal ini yang harus kita luruskan.
Pendidikan Islam perlu menghadapi tantangan globalisasi yang mempengaruhi identitas budaya dan nilai-nilai tradisional. Pendidik dan institusi pendidikan Islam harus mencari cara untuk mengintegrasikan nilai-nilai luhur dalam pendidikan, sekaligus mempromosikan nilai-nilai universal yang mendorong kerjasama dan saling pengertian di antara berbagai budaya dan tradisi.
Salah satu tantangan global dalam pendidikan Islam adalah meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia. Pendidik dan tenaga kependidikan perlu diberikan pelatihan dan pengembangan profesional yang memadai, sehingga mereka dapat menghadapi tantangan baru dan memberikan pendidikan yang berkualitas. Selain itu, peningkatan kualitas fasilitas pendidikan dan infrastruktur juga sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan kondusif.
Pendidikan Islam juga dihadapkan pada tantangan meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan. Institusi pendidikan Islam harus mendorong penelitian dan pengembangan yang relevan, inovatif, dan bermutu, serta meningkatkan kolaborasi antara peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan. Penelitian dan pengembangan yang kuat akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan global. Pengembangan literasi adalah tujuan utama dari pendidikan, dan literasi yang baik akan membangun peradaban sosial masyarakat yang juga insyaallah baik.
Pendidikan Islam harus menghadapi tantangan untuk memastikan bahwa pendidikan yang diberikan relevan dan bermakna bagi kehidupan peserta didik dan masyarakat. Dalam bahasa sederhana adalah pendidikan harus bermanfaat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, yang berkaitan dengan urusan dunia dan juga urusan akhirat. Pendidikan Islam harus mampu menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk berhasil dalam dunia yang semakin kompleks dan saling terhubung. Untuk mencapai hal ini, pendidik dan institusi pendidikan Islam perlu bekerja sama, berkolaborasi, berinovasi, hingga merevitalisasi dalam menghadapi tantangan global yang ada dalam memajukan pendidikan Islam.
Salah satu upaya untuk merevitalisasi pendidikan adalah dengan menggabungkan teknologi dalam proses belajar-mengajar. Pendidik dan institusi pendidikan Islam harus memanfaatkan teknologi digital dan inovasi pembelajaran, seperti e-learning, pembelajaran berbasis proyek, dan pendekatan blended learning. Penggunaan teknologi ini akan membantu meningkatkan keterlibatan dan motivasi peserta didik, serta mempermudah proses pembelajaran yang lebih efisien dan efektif.
Untuk merevitalisasi pendidikan Islam, pendidik dan institusi pendidikan harus berkomitmen untuk mengembangkan kurikulum yang relevan, fleksibel, dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Kurikulum yang dihasilkan harus mencakup pendidikan adab, karakter, nilai-nilai luhur, dan keterampilan abad ke-21 yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global. Hal ini akan memastikan bahwa lulusan pendidikan Islam memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk bersaing dalam dunia yang semakin kompleks.
Penguatan peran orang tua dan masyarakat dalam pendidikan Islam juga merupakan upaya penting dalam merevitalisasi sistem ini. Orang tua dan masyarakat harus diberdayakan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi. Keterlibatan mereka akan memastikan bahwa pendidikan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan kondusif bagi peserta didik.
Merevitalisasi pendidikan Islam juga memerlukan peningkatan kualitas dan profesionalisme pendidik. Pendidik harus diberikan peluang untuk mengembangkan kompetensi mereka melalui pelatihan, sertifikasi, dan program pengembangan profesional yang berkelanjutan. Pendidik yang berkualitas dan profesional akan mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan lebih efektif, menciptakan lingkungan belajar yang positif, dan menginspirasi peserta didik untuk mencapai potensi mereka yang terbaik.
Pada akhirnya upaya merevitalisasi pendidikan Islam harus mencakup peningkatan kerjasama dan kolaborasi antara institusi pendidikan Islam, pemerintah, sektor swasta, dan organisasi internasional. Kolaborasi ini akan memungkinkan pertukaran pengetahuan, sumber daya, dan praktik terbaik yang dapat membantu meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan Islam. Selain itu, kerjasama ini juga akan mempromosikan pengakuan dan penghargaan terhadap pendidikan Islam sebagai kontributor penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, toleran, dan sejahtera.
Dalam rangka merevitalisasi pendidikan Islam, upaya-upaya yang telah disebutkan di atas harus diintegrasikan secara komprehensif dan berkesinambungan. Dengan demikian, pendidikan Islam akan mampu menghadapi tantangan global yang ada dan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam yang relevan dan berkualitas akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan masyarakat dan dunia yang lebih baik.
Wallahu’alam.