Muhasabah Diri (107): Tidak Semuanya Mesti Digubris

Avatar photo

Dr Arman Husni

Assoc Prof Bahasa Arab IAIN Bukittinggi, Unsur Ketua PDM Muhammadiyah Limapuluh Kota, Dewan Pengawas Yayasan Darulfunun. (facebook)

Luasnya cakupan ilmu, dan wajar tidak semuanya mampu dipahami. Ada berbagai bidang ilmu atau sain yang hanya dipahami oleh orang-orang tertentu. Saking detailnya jangkauan ilmu, perlu waktu dan sarana yang memadai untuk memahaminya. Bahkan ilmu selalu berkembang dan juga temuan ilmu pengetahuanpun bermunculan. Sehingga hasil pikiran para ulama dan ilmuwan banyak menghiasi lembaran-lembaran buku yang mereka tinggalkan.

Ilmu semakin digali, semakin nampak kekuasaan Yang Maha Kuasa. Semakin dikaji semakin terbukti kekerdilan diri dihadapan luasnya ilmu Allah SWT. Mentadabburi ayat-ayat qauliah dan mentafakkuri ayat-ayat kauniah akan menambah keimanan kepada Sang Pencipta.

Luasnya cakupan ilmu kadang-kadang menjadikan seseorang penasaran dan menimbulkan keinginan bertanya. Bahkan ada nyiyir menanyakan sesuatu yang tidak urgen. Para ulama disaat mereka dihadapkan dengan beberapa pertanyaan, tidak semuanya mesti dijawab. Perlu kearifan menyikapi tipe orang yang banyak bertanya. Kadangkala banyak bertanya berakhir dengan hal-hal yang memberatkan. Diantara yang dibenci oleh Allah SWT adalah كثرة السؤال/ nyinyir bertanya, bahkan terjebak kepada hal-hal yang tidak patut ditanyakan.

إِنِّ اللهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثاٌ : قِيلَ وَقَالَ ، وَإِضَاعَةَ المَالِ ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla membenci tiga perkara : menyebarkan desas-desus, menghambur-hamburkan harta, banyak pertanyaan yang tujuannya untuk menyelisihi jawabannya”. (HR: Bukhari Muslim)

Begitu juga disaat kita dihadapi berbagai bentuk masalah, tidak semuanya mesti digubris. Didepan kita banyak hal yang mesti disikapi, ada yang amat penting tentu ini prioritas, ada yang urgen, bahkan ada yang kurang penting, tentunya juga ada hal-hal yang tidak penting sama sekali. Mengomentari hal-hal yang tidak penting sama sekali, hanya akan membuang energi dan waktu kita. Banyak pekerjaan yang mesti kita tuntaskan. Apalagi diera digital ini, ada-ada saja bentuk masalah yang sengaja dimunculkan. Untuk itu kita jangan terjebak berkutat disitu. Tidak menjawab pertanyaan yang tidak penting adalah penting. Karena memang kita hidup untuk itu. Contoh lain, membicarakan keghaiban yang kita tidak ada ilmu tentang itu, atau mempertanyakan zat Allah hanya akan menyita waktu dan pembahasan tidak akan selesai karena memang tidak dianjurkan untuk itu.

Semakin berilmu, semakin muncul ketakutan pada Allah SWT, kalau terjadi sebaliknya pasti ada yang salah. Ketawadhu’an adalah ciri-ciri orang berilmu, sebaliknya kesombongan muncul dari salah iktikad dan tekad awal yang dimiliki.

Semoga hari-hari kita penuh dengan semangat mencari ilmu yang baik dan menghindari sesuatu yang tidak bermanfaat dalam hidup kita. Jangan bebani diri kita dengan sesuatu yang tidak ada manfaatnya buat kita.