Muhasabah Diri (94): Jangan Lari Dari Ilmunya Nabi

Avatar photo

Dr Arman Husni

Assoc Prof Bahasa Arab IAIN Bukittinggi, Unsur Ketua PDM Muhammadiyah Limapuluh Kota, Dewan Pengawas Yayasan Darulfunun. (facebook)

Banyak hal yang menjadi penyebab malapetaka di dunia ini. Semua penyebab itu berujung pada perilaku manusia. Manusia membutuhkan panduan dan bimbingan. Untuk itu Allah SWT mengutus setiap umat pembimbing mereka dari kalangan nabi. Bangkang terhadap mereka adalah bentuk kemaksiatan, tindak tunduk kepada mereka artinya juga tidak tunduk dan taat kepada Allah SWT. Maksiat kepada Allah memunculkan berbagai kerusakan dan mengundang berbagai musibah dan bencana.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. QS. Ar- Rum: 41)

Ada beberapa kejadian pasca wafatnya Rasulullah Saw, diantaranya terjadinya beberapa musibah yang mana sebelumnya belum pernah terjadi. Gempa bumi dan bencana lainnya, belum pernah terjadi dizaman semasa hidupnya beliau. Para sahabat bertanya kepada Ummul mukminin Aisyah RA, kira-kira apa penyebabnya. Beliau sampaikan bahwa yang mengundang musibah adalah manusia juga. Lari dari apa yang pernah dibiasakan Rasulullah berdampak pada lunturnya nilai ketaatan. Ilmunya nabi tidak hanya dikuasai secara teori, tapi juga harus dalam bentuk amalan. Membicarakan konsep ilmu dalam Islam tidak lengkap jika tidak berbasis amal.

Musibah terjadi karena umat mulai meninggalkan cara nabi. Warisan ilmu dari Rasulullah sudah mulai tidak diamalkan. Maka wajar terjadi hal-hal yang dulunya belum pernah terjadi.

Allah SWT menggambarkan azab tidak ditimpakan kepada manusia jika diantara mereka ada Rasulullah Saw, begitu juga disaat umat mengharapkan ampunan dari Allah SWT secara kolektif.

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (nabi Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun”. (QS. Al- Anfal: 33)

Marilah kita kembali kepada cara nabi dan mempelajari ilmunya… Sudah barang tentu juga dengan mengamalkannya…