Lembaran sejarah telah mengabarkan kepada kita bahwa dengan ilmu yang sulit akan terasa jadi mudah. Dengan kemajuan ilmu, yang jauh terasa dekat, yang berat akan terasa lebih ringan. Ilmu berkembang sesuai dengan intensitas manusia memanfaatkan potensi diri mereka. Dampaknya juga terlihat dari masa ke masa.
Kemajuan ilmu pengetahuan mengalami kondisi pasang surut. Kejayaan ilmu pengetahuan memberikan dampak positif pada kondisi masyarakat setempat dan sekitarnya, apalagi kemajuan tersebut dilandasi landasan pondasi keimanan umat Islam sebagaimana yang pernah terjadi diabad pertengahan. Kejayaan peradaban Islam saat itu merupakan keberkahan bagi penduduk bumi khususnya bangsa Eropa yang perpusat di Andalusia. Itulah diantara keberkahan ilmu pengetahuan, yang mana Allah SWT meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu.
Allah Ta’ala berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadilah : 11).
Perlu dicatat bahwa satu satunya peradaban yang pernah menguasai Eropa yang berasal dari luar Eropa hanya peradaban Islam dan Arab. Hal ini juga disinggung oleh Samuel P. Huntington seorang ilmuwan politik dari Harvard University. Fluktuasi sebuah peradaban tergantung berbagai kondisi pendukungnya. Pesona kejayaan kadangkala membuat seseorang atau umat melupakan tantangan yang ada dihadapannya. Kekuatan tergerus sedikit demi sedikit ditambah lagi peranan pihak luar melakukan psywar terhadap umat Islam.
Perlu dicatat bahwa sumber kemajuan umat Islam bersumber pada kekuatan wahyu yang jadi rujukan. Ayat-ayat qauliah dari al-Qur’an beserta Hadits dan ayat-ayat kauniah sebagai wadah tafakur manusia sebagai sumber inspirasi manusia meraih kejayaan. Kedua tanda-tanda kebesaran Allah SWT yaitu wahyu dan ayat-ayat kauniah akan tetap sejalan dan saling menguatkan. Jika terjadi benturan pemahaman, berarti ada terjadi kesalahpahaman. Bisa jadi kesalahan bersumber pada pemahaman keliru terhadap wahyu atau sain yang dilahirkan oleh hasil kajian terhadap ayat-ayat kauniah itu tidak benar dan belum teruji.
Jadi selamanya dan akan tetap sejalan beriringan antara wahyu Al-Qur’an dan Hadits dengan temuan sain. Dari sinilah terbuka lebar pintu hidayah bagi para ilmuwan non muslim yang sudah banyak mengkaji dan melakukan berbagai eksperimen yang ujung-ujungnya pengakuan terhadap kebenaran Al-Qur’an dan Hadits.
Semoga kita selalu mengkaji wahyu dan tentunya tujuannya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari…