Muhasabah Diri (84): Risywah, Tradisi Yang Bikin Sengsara

Avatar photo

Dr Arman Husni

Assoc Prof Bahasa Arab IAIN Bukittinggi, Unsur Ketua PDM Muhammadiyah Limapuluh Kota, Dewan Pengawas Yayasan Darulfunun. (facebook)

Berpikir merupakan aktivitas keseharian manusia normal. Proses berpikir berbeda-beda, ada pekerjaan yang butuh berpikir keras, ada yang hanya perpikir alakadarnya. Bahkan juga ada pekerjaan yang banyak mengandalkan kekuatan otak daripada otot. Begitulah level-level berpikir yang dimiliki manusia, ada berpikir seadanya alias rendah, ada cara berpikir menengah bahkan ada yang terbiasa dengan level tinggi.

Dalam Islam berpikir tidak hanya sebagai kebutuhan intelektual yang berpusat di otak tapi lebih daripada itu. Berpikir produktif yang tidak hanya mengotak atik berbagai teori keilmuan tapi juga diiringi kecerdasan hati menuju kepada penghambaan kepada Yang Maha Tahu.

Ada juga tipe manusia berpikir sempit, egois, kemampuan otak hanya digunakan bagaimana bisa mendatangkan materi sebanyak mungkin tanpa menghiraukan halal atau tidak. Berbagai cara digunakan untuk memuluskan keinginannya. Diantaranya adalah dengan menyuburkan tradisi risyawah, sogok menyogok, suap menyuap, atau yang sejenisnya. Hal itu hanya akan mendatangkan malapetaka dan penyakit masyarakat. Tradisi yang amat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Dampaknya akan terasa di masyarakat. Hilangnya keadilan. Hukum dapat dibeli dan cenderung memihak kepada yang bayar. Rusak memang sebuah tatanan jika penyakit ini mewabah di masyarakat.

لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم الراشي والمرتشي

Artinya: “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melaknat orang yang memberikan sogok dan orang yang menerima sogok” (HR Abu Dawud)

Pola hidup seperti ini sering digunakan bangsa Yahudi untuk merusak umat lain. Licik memang, kadang-kadang yang dirusak tidak sadar dan menyadarinya.

Sahabat…

Jika diri tidak bersih, pikiran ternodai, hati akan rusak dan keinginan akan terpasung kepada hal-hal yang negatif. Ujung-ujungnya aktivitas yang dilakukan juga akan menebar kerusakan… Padahal usia di dunia amatlah terbatas, diakhirat sudah menunggu pertanggungjawaban.

Semoga kita terhindar dari perilaku yang merusak…