Muhasabah Diri (79): Menempatkan Sesuatu Pada Tempatnya

Avatar photo

Dr Arman Husni

Assoc Prof Bahasa Arab IAIN Bukittinggi, Unsur Ketua PDM Muhammadiyah Limapuluh Kota, Dewan Pengawas Yayasan Darulfunun. (facebook)

Alhamdulillah, itulah yang sering kita ucapkan disaat rezeki datang menghampiri. Rezeki yang didapati dari jerih keringat sendiri jauh lebih baik daripada menadahkan tangan minta diberi. Untuk itu karunia Allah yang bertebaran di muka bumi memang harus dicari. Untuk menjemput rezeki banyak cara yang baik untuk ditempuh. Dengan tidak menyusahkan orang lain, mempererat persaudaraan, bersilaturahim akan membuka pintu-pintu keberkahan.

Sahabat…

Banyak kiat untuk menyenangkan orang lain. Sudah selayaknya pertemanan diperbaiki, permusuhan dijauhi. Berbagi maslahat untuk umat, agar kehidupan bertebaran rahmat. Begitulah cara Rasulullah Saw menebarkan kebaikan di masyarakat.

Miris memang, melihat kondisi kita dalam keseharian. Keinginan menjemput rezeki dan kiatnya kadangkala tidak sesuai. Ambisi lebih dominan daripada kesantunan. Ada yang melabrak batas kewajaran. Begitulah kita, ada yang perlu dibenahi. Lihatlah disaat ada diantara kita menjemput rezeki dengan berjualan sambil mengumpat pembeli.

Ada yang berdagang di pinggir jalan bahkan sebagian fasilitas umum dimanfaatkan demi keinginan mendapatkan kesempatan besar, sampai-sampai sekedar untuk parkir kendaraan calon pembeli saja tidak didapati. Bisa jadi yang muncul bukanlah simpati pembeli, tapi malah alergi dan antipati. Disaat lain ada yang menjemput rezeki dengan mencari pelanggan penumpang. Angkot, ojek dan semirip seperti itu, tapi realitas yang didapati kadang-kadang parkir dan berhenti sembarangan, bahkan melanggar jatah fasilitas orang ramai…

Ambisi pribadi mengalahkan ruang bersama. Perlu menempatkan sesuatu pada posisinya… Masih banyak contoh lainnya, silakan dikaji dan diperbaiki. Ada yang hilang dari kita yang perlu ditumbuhkan agar muncul dan membudaya nilai karakter yang baik.

Fenomena mengharap untung dengan menghalangi orang lain hanya akan mempersempit pintu-pintu rezeki. Karena memang manusia secara fitrah menginginkan kenyamanan bukan kekacauan, ketenangan bukan keonaran.