Ibrah Pendidikan (2): Yang Lebih Berat Dari Berperang

Avatar photo

Buya Dr Afifi Fauzi Abbas

Assoc Prof bidang Fiqh & Syariah, IAIN Bukittinggi | PDM Limapuluhkota, Majlis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah | Ketua Dewan Pembina MUI Limapuluhkota | Ketua Dewan Pembina Yayasan Darulfunun
Avatar photo

Abdullah A Afifi

Mudir Perguruan | Peneliti Utama IDRIS.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ حَدَّثَنِي عُرْوَةُ، أَنَّ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ زَوْجَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم حَدَّثَتْهُ أَنَّهَا قَالَتْ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ قَالَ ‏ “‏ لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ، وَكَانَ أَشَدُّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ، إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلاَلٍ، فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ، فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلاَّ وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ، فَرَفَعْتُ رَأْسِي، فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي، فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ فَنَادَانِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ، فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ، فَسَلَّمَ عَلَىَّ ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ، فَقَالَ ذَلِكَ فِيمَا شِئْتَ، إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمِ الأَخْشَبَيْنِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ‏”‏‏.‏

Telah bercerita kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab berkata telah bercerita kepadaku ‘Urwah bahwa ‘Aisyah (ra), istri Nabi (saw) bercerita kepadanya bahwa dia pernah bertanya kepada Nabi: “Apakah baginda pernah mengalami peristiwa yang lebih berat dari kejadian perang Uhud?”. Beliau menjawab: “Sungguh aku sering mengalami peristiwa dari kaummu. Dan peristiwa yang paling berat yang pernah aku alami dalam menghadapi mereka adalah ketika peristiwa ‘Aqabah (Thaif), saat aku menawarkan diriku kepada Ibnu ‘Abdi Yalil bin ‘Abdu Kulal agar membantuku namun dia tidak mau memenuhi keinginanku hingga akhirnya aku pergi dengan wajah gelisah dan aku tidak menjadi tenang kecuali ketika berada di Qarnu ats-Tsa’aalib (Qarnu al-Manazil). Aku mendongakkan kepalaku ternyata aku berada di bawah awan yang memayungiku lalu aku melihat ke arah sana dan ternyata ada malaikat Jibril yang kemudian memanggilku seraya berkata; “Sesungguhnya Allah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan apa yang mereka timpakan kepadamu. Dan Allah telah mengirim kepadamu malaikat gunung yang siap diperintah apa saja sesuai kehendakmu”. Maka malaikat gunung berseru dan memberi salam kepadaku kemudian berkata; “Wahai Muhammad”. Maka dia berkata; “apa yang kamu inginkan katakanlah. Jika kamu kehendaki, aku timpakan kepada mereka dua gunung ini”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak. Bahkan aku berharap Allah akan memunculkan dari anak keturunan mereka orang yang menyembah Allah satu-satunya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”. (Sahih Al-Bukhari 3231)

# IBRAH

Hadits diatas mengabarkan kepada kita bahwa Rasulullah (saw) menyampaikan kepada Aisyah (ra) bahwa dakwah mengajak kepada kebenaran (ke Thaif) lebih berat dari perang (Uhud). Beliau harus menempuh jarak yang tidak dekat, kemudian setelah berjumpa ajakan beliau ditolak, Mubarakfuri menceritakan dalam sirah nabi (raheeq al-makhtoum) bagaimana beliau diusir (dikejar-kejar) juga dilempari batu, hingga beliau berlari dan baru berhenti setelah jauh dan tidak terlihat.

Mendidik bukan sekedar menyampaikan informasi, tetapi juga lebih beratnya adalah memberitahu mana yang baik dan benar, dan juga mengajak yang dididik untuk senantiasa berbuat baik dan benar. Mendidik dengan mengajak kepada kebaikan dan kebenaran adalah inti dari dakwah, sehingga mendidik adalah bentuk dari dakwah itu sendiri. Dalam surat Al-Hajj ayat 67 Allah (swt) menyebutkan “dan serulah (mereka kepada Tuhan-Mu), sungguh engkau (Muhammad) berada di jalan yang lurus.”

Bagaimana niat mendidik rasulullah untuk menunjukkan kebaikan dan kebenaran tidak padam, walaupun kesulitan-kesulitan dan tantangan-tantangan yang beliau hadapi, bahkan luar biasanya beliau tetap optimis berharap kedepannya situasi akan lebih baik untuk mereka.

Dalam hadits ini juga diinformasikan bagaimana Allah (swt) memberi pertolongan kepada orang-orang yang senantiasa berdakwah. Tantangan berat bahkan menunjukkan penganiayaan berat yang dilakukan penduduk Thaif terhadap nabi adalah sangat luar biasa, sampai-sampai malaikat Jibril marah dan meminta izin untuk memberikan hukuman. Kita tahu bagaimana dalam sejarah kaum-kaum terdahulu dijatuhkan hukuman oleh malaikat (dengan izin Allah) karena pengingkaran dan penganiayaan yang luar biasa, ya kaum terdahulu yang dijatuhkan hukuman musibah menjadi habis tidak bersisa, bahkan kita yang hidup saat ini kesulitan mencari jejak mereka.

Hadits ini juga menggambarkan bagaimana konsistennya nabi dalam urusan dakwah, urusan yang paling berat yang menjadi amanah kepada seorang hamba. Sehingga solusi atas kesulitan-kesulitan dan juga jalan buntu yang dihadapi dalam mendidik, nabi contohkan dengan berdoa dan mengadu kepada Allah, meminta jalan keluar.

Nabi (saw) juga mencontohkan tidak perlu ada dendam dalam berdakwah ataupun mendidik. Pendidik perlu fokus terhadap misi mendidik, bahkan dianjurkan untuk menyampaikannya dengan cara yang baik. Cara yang akan sangat berbeda dalam profesi yang lain seperti penegak hukum dan ketertiban. Baju yang berbeda, tentu akan diperlukan cara yang berbeda.

Di penghujung kisah Thaif ini, disebutkan dalam surat Al-Ahqaf tentang adanya sekelompok jin antusias untuk mendengar dakwah nabi (saw) dan menerima Islam kemudian berdakwah kepada kaumnya.a

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. (Al-Ahqaf 46 : 29-30)

Ini memberikan gambaran kepada kita, dalam mendidik kebaikan dan kebenaran, seandainya ada satu kelompok yang menolak, insyaallah akan selalu ada kelompok lain yang menerimanya. Yang terpenting adalah menjaga niat dan juga fokus tujuan dakwah adalah menyampaikan kebaikan dan kebenaran, dengan niat lillahitaala.

Referensi

Azmi, Ahmad Sanusi. 40 Hadis Tentang Dakwah dan Tarbiah. Ulum Hadith Research Center, 2020.
https://sunnah.com/bukhari:3231
https://www.hadits.id/hadits/bukhari/2992